Suatu siang, selepas Dzuhur, saya bersilaturahim ke rumah
salah satu teman, dan kebetulan Ayahnya ikut ngobrol dengan kami. Beliau
berbagi sedikit tentang pandangan hidupnya kepada kami. Beliau menekankan
tentang pentingnya prinsip ‘Happiness Index’ dan bukan ‘Financial Index’.
Mendengar kalimat pembukanya saja, saya udah sangat tertarik. Beliau kemudian meneruskan
penjelasannya, Happines Index adalah menjadikan Kebahagiaan sebagai tolak ukur
pencapaian. Sedangkan Financial Index, menjadikan Finansial sebagai ukuran
pencapaian. Seseorang yang berprinsip Financial Index, akan menjadikan
Finansial atau Materi sebagai tujuan utama. Hingga tak jarang, untuk memperoleh
pencapaian finansial itu, dilakukan dengan cara yang kurang atau bahkan tidak
halal.
Berbeda dengan Finansial Index, Happiness Index tentu
menjadikan Kebahagiaan sebagai tujuan utama. Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan
yang hakiki, kebahagiaan yang hanya bisa diperoleh dengan cara yang baik.
Kebahagiaan tersebut dapat diperoleh dengan banyak cara, yang tentunya cara
yang halal, cara yang tidak bertentangan dengan norma Agama, cara yang tidak
merugikan orang lain. Dari sekian cara tersebut, salah satunya adalah melalui
materi. Eits, pahami betul kalimat terakhir tadi. Karena dari situlah akan
sangat jelas perbedaannya. Oke, saya sederhanakan seperti berikut :
Financial Index, menjadikan Finansial atau Materi sebagai
tujuan utama;
Happiness Index, menjadikan Kebahagiaan sebagai tujuan
utama, dan materi hanyalah salah satu dari sekian banyak fasilitas untuk meraih
kebahagiaan. Jadi, di sini materi hanya sebuah fasilitas, bukan tujuan utama !
"Jadi dapat saya simpulkan, dengan menjadikan Happiness Index sebagai prinsip hidup, in sya Allah, kita lebih tenang dalam menjalani hidup, lebih memperhatikan proses pencapaian kebahagiaan hidup, karena kebahagiaan hakiki, hanya dapat diraih dengan cara-cara yang baik, yang tidak bertentangan dengan aturan-Nya."
0 komentar:
Posting Komentar