Bismillah...
Seringkali, setiap saya mengunjungi suatu daerah pedalaman,
daerah pegunungan, atau bahkan pesisir pantai, seketika perasaan saya menjadi
sangat tenang dan damai rasanya. Mungkin karena saya berada di lingkungan
asing, lingkungan yang lebih mendekatkan saya dengan alam. Sebuah daerah yang
baru saya kunjungi, dan memperlihatkan kepada saya bentangan keindahan
lukisan-Nya. Sejuk, hijau, dan sederhana. Eh, tunggu dulu, sederhana,
mungkinkah itu jawabannya ? Jawaban atas semua kedamaian itu...
Saya jadi teringat ketika selesai bersilahturahim ke rumah
salah satu teman di daerah Sumber Podang, daerah lereng pegunungan Wilis,
Kediri. Sebelum pulang, saya sempat berjama’ah sholat maghrib di musholla yang
tak jauh dari rumahnya. Dengan sedikit lampu penerangan, jalan tanah yang
naik-turun, saya merasakan betul suasana hening khas desa pegunungan.
Berbondong-bondong, Laki-laki dan Perempuan menuju musholla, sambil mereka
ngobrol ringan. Terasa suasana hangat persaudaraan terjadi di situ. Sesampainya
saya di musholla, terlihat bangunan musholla sederhana, sekali lagi dengan
penerangan yang tak begitu terang, namun sudah dipadati jama’ah, mulai dari
anak kecil, orang dewasa, hingga yang sudah ‘sepuh’. Tanpa pengeras suara,
sholat maghrib berlangsung hening dan sangat khusyuk. Ah, damai sekali
rasanya...
Selesai sholat maghrib, saya bergegas pulang. Di perjalanan,
di jalan yang aspalnya naik turun, dan minim penerangan, saya sengaja
memperlambat laju motor. Saya ingin menikmati suasana, kegiatan masyarakat
pegunungan yang jauh dari keramaian kota. Saya terpesona melihat beberapa
penduduk berkumpul di pinggiran jalan, bercengkerama penuh kehangatan.
Muda-mudi pun demikian, berkumpul terlihat bercanda, tampak asyik mengobrolkan
sesuatu yang ringan, dan tanpa ada persaingan gengsi layaknya pemuda kota
dengan segenap individualismenya. Saya terpesona melihat beberapa gadis
muslimah, yang mengenakan hijab syar’i, mengayuh sepeda bersama teman-temannya
menuju sebuah tempat mengaji, penuh kesederhanaan, sederhana dalam sebuah ketaatan
pada-Nya. Sama sekali tidak terlihat dari mereka perilaku gengsi. Jauh dari
hiruk pikuk keramaian kota, mereka membuat kedamaian mereka sendiri. Ah,
sederhana sekali, dan sangat damai rasanya. Dalam penuh kesederhanaan, saya
melihat kebahagiaan di kehidupan mereka.
Kerasnya kehidupan, memang seringkali membuat saya sibuk
memikirkan dunia. Hingga sering saya lupa tujuan dari semua ini. Mungkin Allah
mengingatkan saya melalui rasa damai yang saya rasakan ketika berada di
daerah-daerah yang penuh kekhusyukan itu. Bahwa dalam sebuah kesederhanaan, dan
kekhusyukan dalam beribadah penuh ketaatan kepada-Nya, tanpa perlu larut berlebihan
dalam kerasnya tipu daya dunia, ada sebuah kebahagiaan yang luar biasa,
kebahagiaan yang sejati, kebahagiaan yang semakin mendekatkan kita pada-Nya.
Sesekali, kita memang perlu menghadapi kerasnya urusan
dunia, tapi ingat, jangan lupa bahagia... :)
0 komentar:
Posting Komentar