Rabu, 28 Januari 2015

Jangan Lupa Bahagia

Standard

Bismillah...
Seringkali, setiap saya mengunjungi suatu daerah pedalaman, daerah pegunungan, atau bahkan pesisir pantai, seketika perasaan saya menjadi sangat tenang dan damai rasanya. Mungkin karena saya berada di lingkungan asing, lingkungan yang lebih mendekatkan saya dengan alam. Sebuah daerah yang baru saya kunjungi, dan memperlihatkan kepada saya bentangan keindahan lukisan-Nya. Sejuk, hijau, dan sederhana. Eh, tunggu dulu, sederhana, mungkinkah itu jawabannya ? Jawaban atas semua kedamaian itu...

Saya jadi teringat ketika selesai bersilahturahim ke rumah salah satu teman di daerah Sumber Podang, daerah lereng pegunungan Wilis, Kediri. Sebelum pulang, saya sempat berjama’ah sholat maghrib di musholla yang tak jauh dari rumahnya. Dengan sedikit lampu penerangan, jalan tanah yang naik-turun, saya merasakan betul suasana hening khas desa pegunungan. Berbondong-bondong, Laki-laki dan Perempuan menuju musholla, sambil mereka ngobrol ringan. Terasa suasana hangat persaudaraan terjadi di situ. Sesampainya saya di musholla, terlihat bangunan musholla sederhana, sekali lagi dengan penerangan yang tak begitu terang, namun sudah dipadati jama’ah, mulai dari anak kecil, orang dewasa, hingga yang sudah ‘sepuh’. Tanpa pengeras suara, sholat maghrib berlangsung hening dan sangat khusyuk. Ah, damai sekali rasanya...

Selesai sholat maghrib, saya bergegas pulang. Di perjalanan, di jalan yang aspalnya naik turun, dan minim penerangan, saya sengaja memperlambat laju motor. Saya ingin menikmati suasana, kegiatan masyarakat pegunungan yang jauh dari keramaian kota. Saya terpesona melihat beberapa penduduk berkumpul di pinggiran jalan, bercengkerama penuh kehangatan. Muda-mudi pun demikian, berkumpul terlihat bercanda, tampak asyik mengobrolkan sesuatu yang ringan, dan tanpa ada persaingan gengsi layaknya pemuda kota dengan segenap individualismenya. Saya terpesona melihat beberapa gadis muslimah, yang mengenakan hijab syar’i, mengayuh sepeda bersama teman-temannya menuju sebuah tempat mengaji, penuh kesederhanaan, sederhana dalam sebuah ketaatan pada-Nya. Sama sekali tidak terlihat dari mereka perilaku gengsi. Jauh dari hiruk pikuk keramaian kota, mereka membuat kedamaian mereka sendiri. Ah, sederhana sekali, dan sangat damai rasanya. Dalam penuh kesederhanaan, saya melihat kebahagiaan di kehidupan mereka.

Kerasnya kehidupan, memang seringkali membuat saya sibuk memikirkan dunia. Hingga sering saya lupa tujuan dari semua ini. Mungkin Allah mengingatkan saya melalui rasa damai yang saya rasakan ketika berada di daerah-daerah yang penuh kekhusyukan itu. Bahwa dalam sebuah kesederhanaan, dan kekhusyukan dalam beribadah penuh ketaatan kepada-Nya, tanpa perlu larut berlebihan dalam kerasnya tipu daya dunia, ada sebuah kebahagiaan yang luar biasa, kebahagiaan yang sejati, kebahagiaan yang semakin mendekatkan kita pada-Nya.

Sesekali, kita memang perlu menghadapi kerasnya urusan dunia, tapi ingat, jangan lupa bahagia... :)

0 komentar:

Posting Komentar